![]() |
| Ayana Mey Maharani Harefa (Istimewa) |
CARLA.CO.ID, PEKANBARU— Setiap anak adalah amanah dari Allah. Dan setiap amanah harus diawali dengan doa. Itulah yang diyakini Almarhum Erwin Harefa dan Isari Dachi ketika menamai putri mereka Ayana Mey Maharani Harefa, yang lahir di Pekanbaru pada 4 Mei 2012.
Ayana dimaknai sebagai jalan hidup yang diberkahi harapan agar sang anak selalu berada dalam lindungan dan petunjuk Tuhan.
Mey menjadi simbol pertumbuhan iman dan akhlak, sebagaimana alam yang tumbuh pada waktunya.
Sementara Maharani adalah doa agar anak menjadi perempuan yang dimuliakan oleh adab, bukan oleh dunia.
Nama Harefa menegaskan identitas dan tanggung jawab moral: menjaga nilai keluarga, menghormati asal-usul, dan hidup dengan rendah hati.
Meski sang ayah telah berpulang, doa tidak pernah terputus. Dalam keyakinan ibunya, doa orang tua adalah penjaga paling setia bagi anaknya.
Setiap sujud adalah permohonan: agar Ayana tumbuh menjadi hamba yang taat, berilmu, dan membawa kebaikan bagi sesama.
Nama itu kini menjadi dzikir yang hidup—dipanggil, disebut, dan diaminkan dalam setiap langkah kehidupan.
Pekanbaru, 4 Mei 2012, adalah pagi yang berbeda. Udara terasa lebih lembut, seolah langit sengaja menurunkan cahaya paling beningnya ke sebuah ruang bersalin yang sederhana namun penuh harap. Di sanalah seorang bayi perempuan lahir kecil, hangat, dan membawa kehidupan baru bagi sepasang orang tua yang hatinya bergetar oleh syukur.
Ia diberi nama Ayana Mey Maharani Harefa.
Nama itu bukan sekadar rangkaian kata. Ia adalah doa yang disusun dengan cinta, harapan yang diikat oleh keyakinan, dan masa depan yang dipercayakan kepada Tuhan.
Ayana, berarti keindahan dan jalan hidup yang diberkahi. Ayahnya, Almarhum Erwin Harefa, berbisik lirih saat pertama kali menggendongnya: semoga hidupmu kelak menjadi jalan yang terang indah bukan karena kemewahan, tetapi karena ketulusan dan keberanianmu menjalani hidup dengan hati yang bersih.
Mey, diambil dari bulan kelahirannya, bulan ketika alam bertunas dan kehidupan kembali tumbuh. Ibunya, Isari Dachi, menatap putrinya dengan mata yang berkaca: semoga engkau tumbuh seperti musim semi—kuat, segar, dan selalu membawa harapan bagi siapa pun yang mengenalmu.
Maharani, adalah doa yang paling dalam. Bukan tentang tahta atau kemegahan, melainkan kemuliaan hati. Ayah dan ibu berharap kelak Ayana menjadi perempuan yang bermartabat, dihormati bukan karena kekuasaan, tetapi karena kebijaksanaan, adab, dan kasih sayangnya kepada sesama.
Dan Harefa, adalah akar. Identitas. Pengingat bahwa sejauh apa pun langkah Ayana melangkah, darah, sejarah, dan nilai keluarganya akan selalu mengalir dalam dirinya menjadi kompas yang menuntun pulang.
Waktu berjalan, dan hidup tak selalu memberi hari yang utuh. Ayah yang menanamkan nama itu telah lebih dulu kembali ke pangkuan Tuhan. Namun doa tidak pernah mati. Ia tinggal dalam nama, dalam setiap panggilan, dalam setiap langkah Ayana menapaki hari-harinya.
Ibunya tahu, setiap kali nama itu disebut, ada doa ayah yang ikut bernafas di dalamnya.
Kini, Ayana tumbuh. Dan di setiap langkahnya, ada harapan yang terus hidup:
Semoga engkau menjadi perempuan yang kuat namun lembut, cerdas namun rendah hati, berani namun penuh cinta.
Semoga Tuhan menjaga langkahmu, memelukmu saat lelah, dan menuntunmu menuju masa depan yang baik.
Dan semoga, kelak, engkau memahami—bahwa namamu adalah cinta yang tidak pernah berakhir.
Karena Ayana Mey Maharani Harefa adalah nama yang lahir dari doa, dan doa tidak pernah kehilangan jalan pulang ke langit.
Doa yang Tak Pernah Usai
(Ayah)
Pada pagi yang Tuhan pilihkan dengan penuh rahasia—
4 Mei 2012 di Pekanbaru—aku menggendongmu untuk pertama kali.
Tangismu kecil, namun getarnya sampai ke relung jiwaku.
Aku tahu, hidup bukan hanya tentang kelahiran,
tetapi tentang amanah yang kelak harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.
Maka aku berdoa sebelum memberi namamu.
Ayana : aku memintanya dari Allah sebagai simbol keindahan hidup yang lurus,
bukan hidup yang selalu mudah,
melainkan hidup yang selalu berada dalam cahaya petunjuk-Nya.
Nak, jika suatu hari jalanmu gelap, ingatlah bahwa namamu adalah doa agar kakimu tetap melangkah di jalan yang diridhai Tuhan.
(Ibu)
Aku melihatmu terlelap di dadaku, dan air mataku jatuh bukan karena lelah, melainkan karena takut: takut aku tak cukup kuat menjaga amanah sebesar ini.
Aku menyebut namamu dalam sujudku.
Mey, bulan kelahiranmu, bulan ketika Tuhan menumbuhkan kehidupan baru.
Aku berdoa semoga hatimu selalu bertumbuh dalam iman, dalam kesabaran, dan dalam kasih. Jika dunia kelak melukaimu, semoga iman menjadi tempatmu kembali.
(Ayah)
Aku ingin engkau besar tanpa kehilangan martabatmu.
Aku tak berdoa agar engkau menjadi yang paling berkuasa, tetapi yang paling beradab.
Karena itu kusematkan Maharani dalam namamu. Bukan agar engkau duduk di singgasana dunia,
melainkan agar engkau dimuliakan oleh akhlakmu, dihormati karena kejujuranmu, dan dicintai karena kelembutan jiwamu.
Nak, perempuan yang takut akan Tuhan lebih berharga daripada emas dan perhiasan dunia.
(Ibu)
Aku tahu hidup tak selalu ramah.
Akan ada hari ketika kau menangis tanpa tahu kepada siapa harus bersandar.
Pada hari-hari itulah aku berharap engkau ingat bahwa namamu bukan hanya pemberian kami,
melainkan titipan Tuhan.
Harefa adalah akar dan identitasmu.
Ia mengajarkanmu untuk tidak lupa dari mana engkau berasal, untuk rendah hati saat tinggi, dan kuat saat diuji.
(Ayah)
Jika kelak aku tak lagi di sisimu jangan menangis terlalu lama, nak.
Aku titipkan doaku pada namamu.
Setiap kali orang memanggilmu, setiap kali engkau menuliskan namamu, doaku ikut menyertaimu.
Tuhan Maha Menjaga, lebih setia daripada siapa pun.
(Ibu)
Kini aku berjalan membersamaimu, dengan doa yang tak pernah putus:
Ya Tuhan, jagalah anak kami Ayana Mey Maharani Harefa.
Luruskan langkahnya, lembutkan hatinya, kuatkan imannya.
Jika ia jatuh, bangkitkan dengan kasih-Mu.
Jika ia berhasil, rendahkan hatinya agar tetap mengingat-Mu.
Ayana Mey Maharani Harefa bukan hanya nama di akta kelahiran, melainkan doa yang hidup, harapan yang diserahkan sepenuhnya kepada Tuhan.
Karena anak adalah titipan, dan nama adalah doa yang tak pernah selesai dipanjatkan.
Semoga kelak ia dewasa akan mengerti betapa besar kasih sayang ayah - ibu padanya, Amin.***
